"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...."

Sabtu, 10 Februari 2007

Di Penghujung Muda

Oleh : JB. Awwaly

“Abang dah punya cewek belum? “
Pertanyaan ini sudah bosan akau mendengarnya sejak aku kelas tiga smu hingga kini skripsiku hampir selesai direvisi. pertanyaan aneh yang seharusnya tidak usah ditanya oleh etek-etek ku ataupun amak dan abak yang ada di kampung. Masalahnya aku jadi risih kalau ditanya pertanyaan ini setiap aku pulang ke Padang tempat kelahiran kedua orang tuaku pasti pertanyaan ini yang ditanya kenapa sih mereka tidak menanyakan kabarku di Jakarta selama ini, bagaimana kuliahku atau bagaimana kabar keluarga keluarga yang ada di pulau Jawa..

Aku memang dilahirkan di Jakarta meski kedua orang tuaku lahir di Sumatra Barat, orang bilang aku ini padang murtad karena aku tidak bisa berbahasa Minang dan kalaupun aku berusaha untuk bercakap dalam bahasa Minang tetap saja aneh didengar oleh orang yang memang dibesarkan di ranah Minang itu. Meski begitu hubungan ninik mamak atau pun bako bakoku dengan diriku dan adik adikku cukup dekat karena ibuku selalu menyempatkan pulang ke kampung jika ada kesempatan dan rizki lebih.

Cuma ya itu tadi pertanyaan itulah yang buat aku dua tahun belakangan ini malas pulang ke Pariaman sebab mereka selalu menanyakan hal yang sama. Apa mereka tidak tahu kalau aku ini aktifis dakwah dikampus tempat aku kuliah di Jakarta, berpikir untuk punya orang yang spesial saja tidak pernah apa lagi punya. Ketika aku menginjak kelas dua SMU etek Syarifah menggodaku dengan pernyataan lucu
Sia kah nan nio jo bujang buruak ko..” Siapa yang mau sama bujang jelek ini.. 
“Enak aja etek nih ngomong gini gini banyak yang suka nih tek, suka manampa he…”
“Etek ponakannya datang bukannya tanya apa kabar dijakarta, gimana kuliah ku disana atau kabar orang tua ku malah tanya yang macam macam “
Aku duduk diruang tamu rumah Amakku, masih kuingat kenangan masa masa kecilku di ruang ini tempat aku bercanda dengan sepupu sepupuku yang baru berjumlah  lima orang  (sekarang sebelas) dan Uncu adik ibu yang paling kecil yang hanya terpaut tujuh tahun diatas umurku.
Amak keluar dari kamarnya bersama abak beliau bertambah senja sejak kepulanganku kekampung ini dua tahun lalu.
“Gimana kabar di Jakarta Zul?”
“Alhamdulillah semua sehat sehat saja mak, amak abak gimana kabarnya?” kataku sambil mencium punggung beliau berdua takzim.
Amak jo abak lai sehat, onde lah gadang cucu amak ko lah..”
“Kan di kasih makan mak “
Ucapanku ini membuat keluarga  yang ada diruang tamu tertawa.
Lalu cerita cerita dirantau pun mengalir dari mulutku, tentang kuliah ku yang hampir selesai, tentang ayah yang sedang baik karirnya dikantor, ibuku yang sedang repot dengan adik ku yang bungsu dan adik perempuanku lisa yang juga sedang duduk di bangku kuliah semester kedua.

@@@

Kota Pariaman memang indah, kemarin aku sempat kepantai Pariaman dengan meminjam motor dari etek Wina, mumpung liburan aku ingin sekali menikmati tempat kelahiran kedua orang tuaku. Pantai yang memanjang sejauh mata memandang itu mengingatkan ku pada kisah legenda Malin Kundang yang dikutuk ibu nya sendiri karena Malin tidak mengakui ibu kandungnya sendiri di hadapan istrinya. Dibibir pantai terlihat beberapa orang berenang melawan ombak, tak jauh dari mereka beberapa perahu nelayan bersandar,  Dalam hati aku bangga juga jadi orang Sumatra Barat, masyarakatnya masih cukup taat dengan agama meski di kota Padang yang jaraknya hampir duapuluh kilo dari Pariaman anak anak remaja nya sudah mulai terjangkit virus western alias kebarat baratan. Tadi pagi ketika aku mengajak sepupuku Ihwan raun di Padang aku terkejut melihat cara berpakaian mereka yang tak kalah gaul dengan remaja remaja di kota besar yang perempuan memakai celana jins dengan berbagai macam corak dan baju kaos yang keduanya membentuk jelas tubuh mereka. Yang membuat hati lega ternyata masih ada remaja putri yang masih memakai jilbab meskipun tak sedikit dari mereka yang sudah dimodif. Padahal ketika aku masih SMP hampir rata rata remaja putri memakai jilbab.
Sore ini setelah lelah berjalan di kota padang yang elok aku duduk duduk diteras rumah amak sambil mengawasi mobil mobil yang berlalu lalang di jalan By Pass yang memang lewat depan rumah amak. Tiba tiba tek Ifah mengaggetkan ku
“Dor..”
“Ih etek ini ngagetin aja sih”
“Lagian udah di Padang masih aja mikirin cewek Jakarta”
“etek ngomong apa sih”
Yang di tanya malah ketawa
“Jadi pacarnya orang mana Zul?”
Aku terdiam lagi lagi pertanyaan aneh itu
“Ambo indak ba pacar doh tek..”
“Masa sih bujang rancak ini ga ada yang mau pacarin “
“Bukannya ga ada yang mau pacarain tapi akunya yang ga mau pacaran tek ga boleh “
“Masa sih kayaknya sih boleh boleh aja sih kan wajar seumuran kamu punya pacar “
Ini nih yang bikin orang padang makin mundur dalam beragama dalam hatiku.
“Emang pacaran boleh tek??”
“Siapa bilang ga boleh anak anak sini juga banyak yang sudah punya gandengan”
“kan di Al Quran kita ga boleh mendekati zina etek ku sayang soale pacaran itu mendekatkan pada zina, ya zina mata, zina hati, zina mulut de el el meskipun pelakunya sekarang ga ber buat yang macam macam”
“Jadi gimana kalo gitu “
“Yang langsung aja MENIKAH “ aku menekankan kata menikah pada klalimat yang baru saja kuucapkan.sontak etekku ini ketawa
“Mang kamu da mampu untuk nikah”
“Justru karena itu zul ga mau pacaran tek, pacaran itu Cuma pemborosan. Ya pemborosan waktu, umur, dan yang paling penting merusak mata..” kataku
“Ngerusak mata? Ko bisa Zul? “
“Ya mata pencaharian” ucapku selanjutnya
“Bisa aja kamu zul “
“Siapa dulu eteknya” kataku
“Mulai deh..”
“Abis etek tanya nya menjurus jurus kesana sih “
“Mang rencananya berapa tahun lagi kamu baralek?”
“Rencananya setelah Zul selesai kuliah Zul mau kerja dulu tek, yah minimal dua tahun baru setelah itu Zul akan menikah.”
“Wah masih lama dong..”
“Mang kenapa tek “
“He..he.. nanti kalau kamu menikah sama orang padang aja ya jangan sama orang selain orang padang, kamu itu cucu pertama abak dan amak makanya cari aja orang sini den, kamu taukan kalo laki laki padang itu lebih baik menikah dengan wanita Padang juga karena urang awak ini menganut paham Matriakal artinya menari garis keturunan dari ibunya, jadi kalau kamu menikah dengan orang selain padang maka anak anakmu bukan tanggung jawab keluarga ibumu disini”

“Iya zul tau tek tapi bagaimana kalau jodoh zul bukan orang awak, misalnya orang ambon atau orang jawa. Kan masalah jodoh sudah diatur sama Allah tek”
“Kamu ini sudah bisa ngelawan adat ya”
“Bukan ngelawan tek, kan zul Cuma kasih misal...”
“Ya terserah wa ang lah zul “
Etek terlihat kesal dengan jawabanku barusan
Azan magrib tiba tiba berkumandang aku mohon izin untuk sholat magrib disurau yang tak jauh dari rumah amak ini. Sambil melangkah menuju surau aku bergumam sendiri jodoh itukan urusan Allah siapapun jodohku asal dia solehah dan bisa berbakti untuk keluarga aku pasti bahagia dengannya,terlepas dia orang minang atau bukan.toh yang membedakan manusia satu dan yang lainnya bukan asal usul tapi ketakwaannya semata yang pasti berbeda.usai sholat aku tak lupa memohon untuk diberikan pasangan hidup yang terbaik yang selalu setia menemani langkah kaki ini.

@@@

Dua hari kemudian Amak mengajakku pergi ke ladang untuk mengantar makanan kepada Abak yang sejak tadi pagi memang sudah di ladang
“Zul ikui’ amak ka ladanglah”
“hmm...amak pasti mau antar makan siang buat abak ya..wah romantis sekali..diantar makan siang oleh istri tercinta”
aku menggoda amak, yang digoda hanya menggeleng melihat tingkahku
“mana yang mau dibawa Mak “
“Bawa rantang ni,sama piring dan gelasnya zul oia jangan lupa termos itu.”
“Lho memangnya kita juga mau makan di sana mak.”
“Iya masak abak makan sendirian kasihan kan..”
“Wah hari gini masih ada suasana kaya gini dunia kayaknya damai banget mak”
“Ko baitu?”
“Iya mak dijakarta makan siang bersama pasangan atau keluarga itu susah banget, masing masing udah sibuk sendiri sendiri, jangankan makan siang makan malam bersama keluarga saja susah, bapak kemana ibu kemana anak kemana mana..”
“Bisa aja “kamu amak terdiam
“Alhamdulillah zul abak dan amak selalu bisa makan bersama entah makan pagi siang atau malam..”
“Zul salut sama Amak dan Abak”
yuk berangkat akhirnya kami berdua menyusuri jalan setapak belakang rumah di kiri kanan yang kami lewati terlihat beberapa rumah penduduk sepertinya amak akrab sekali dengan mereka, kadang kami berhenti hanya untuk saling menyapa dan mengobrol singkat dengan mereka. Amak pun mengenalkan diriku kepada mereka aku hanya bisa tersenyum melihat sambutan hangat mereka kepada diriku.tak lama sampailah kami di sebuah ladang yang cukup luas. Tak jauh kulihat abak sedang beristirahat memegang cangkulnya aku berlari kecil mendekati Abak dan memberi tahukan jika makan siang sudah datang.
Di balai balai kecil dipinggir ladang kami makan bersama dan dilanjutkan sholat zuhur berjamaahsetelah beristirahat sebenter abak mulai beranjak untuk melanjutkan pekerjaannya aku menawarkan diri untuk membantu tapi abak menolak
Lai pandai waang mamacik pacua yuang?”
Aku hanya cengengesan karena memang aku tak terbiasa memegang cangkul
Mau tak mau akupun membantu amak membersihkan sisa makan kami.tiba tiba amak berujar
“kenapa kamu tidak mau menikah dengan orang minang zul?”
Aku terkejut mendapat pertanyaan tiba tiba seperti itu.dalam hati aku berfikir bicara apa tek ifah sama amak kemarin
“Bukan tidak mau mak tapi jodoh itu kan ditangan Allah,zul belum mikir masalah itu dulu mak,saat ini zul mau konsen ke kuliah dulu yang tinggal sebentar lagi Mak “ucapku sopan
Tapi amak seakan tidak mendengar kata kataku
“Menikah dengan orang awak itu tidak rugi zul selain mereka mengerti dengan watak kita gadis minang itu adalah gadis yang tau di untung selain itu kamu taukan adat minang ini sangat menghormati kaum wanita”
“Zul mengerti mak tapi...”
“Ah sudah lah zul kalau kamutidak menikah dengan gadis minang kamu jangan pulang ke padang amak sudah anggap kamu hilang “
DEG
Seperti itukah kerasnya watak orang sumatra barat ini, aku baru sadar kalau ternyata kata teman temanku benar orang Padang itu punya watak keras sama seperti watak orang Sumatra lainnya.dan ini yang aku tidak mau terjadi, mungkinkah aku tidak dianggap tidak ada oleh nenekku sendiri Cuma gara gara aku tidak menikah dengan orang padang??!!
“Amak Zul ga kenal dengan gadis gadis disini, Amak kan tau Zul orangnya pemalu apalagi jika berhadapan dengan gadis, lagian mana mungkin mereka mau dengan buyuang buruak ko” mak ujarku beralasan
“Amak akan kenalkan kamu dengan gadis gadis disini, amak punya teman dia punya anak gadis namanya Fatimah dia juga calon sarjana di Andalas. Ada juga anak pak Ka.Dus namanya Nur dia paling jago masak masakan padang orangnya juga cantik zul, di Padang amak punya kenalan juga seorang mahasiswi UNP orangnya berjilbab lho...bla..bla...”
Amak bercerita dengan antusias aku cuma bisa termenung..
@@@
Sudah hampir dua minggu aku di Pariaman lepas sudah kerinduan pada kampung halaman yang lama membuncah di hati, insya Allah besok lusa aku akan bertolak ke Jakarta. Rencana untuk menyelesaikan skripsi yang sempat tertunda akan aku lanjutkan kembali, bukan karena malas untuk menulis hanya saja usaha yang sedang aku jalankan bersama teman teman cukup menyita waktuku disamping itu kegiatan dakwah pun turut membuat aku mempriotaskan akademisku menjadi prioritas kedua, namun aku berjanji setelah di Jakarta nanti aku harus bekerja keras untuk menyelasaikan tugas ini. Aku ingin cepat diwisuda dan ingin kedua orang tuaku bangga melihat ku menjadi sarjana.
Aku menatap langit dikamar yang tak luas ini kembali pikiran ini memikirkan obrolan dengan amak dan tek ifah beberapa hari lalu. Ah andai aku sejak kecil dibesarkan di ranah minang pasti aku tidak akan bingung untuk menjadikan gadis minang sebagai pendampingku, tapi aku kan tinggal di pulau Jawa apalagi di Jakarta dengan kultur masyarakatnya yang sudah majemuk membuat mataku terbuka dengan ke budayaan daerah lain, aku mengenal kebudayaan Jawa yang sangat pakewuh, mereka sangat hormat dan terbuka pada orang lain. Aku juga mengenal orang orang timur seperti sulawesi dan papua dengan adat mereka yang tak kalah keras dengan orang orang sumatra, aku juga kenal dengan budaya sunda yang santun dan lembut. Mungkin ini juga yang membuat aku memilih untuk tidak menargetkan gadis minang sebagai calon pasangan hidup. Amboi sulitnya hidup sebagai orang rantau...
Selama ini banyak juga gadis gadis yang mencoba mendekatiku  beberapa malah menawarkan untuk menjadikan aku sebagai pacarku bahkan jadi istriku. Kadang aku berfikir alangkah mudahnya gadis gadis zaman sekarang membuka dirinya pada pemuda pemuda, kalau tidak mau dibilang agresif.
Bahkan mereka yang berjilbab pun begitu, meski untuk golongan ini mereka lebih santun. Sebenarnya bisa saja aku memilih salah satu dari mereka tapi aku belum siap untuk memikirkan hal hal yang seperti itu dulu  aku masih harus menyelesaikan kuliahku, lagi pula aku masih punya adik adik yang aku harus bantu kuliahnya aku kawatir jika aku menikah dulu aku akan melupakan kewajibanku sebagai kakak yang membantu kehidupan keluarga. Lagi pula mana ada sih aktifis yang nyambi pacaran wah ga ada tuh kamus pacaran dalam hidupku. Yang ada menikah dulu baru pacaran sama wanita yang bernama istri.

@@@

Akhirnya sampai juga di Jakarta, aku akhirnya sampai juga di rumah.meski waktu perjalanan tidak terlalu jauh lewat udara tapi rasanya letih ini mulai menggerogoti tubuh ini.melihat adik adik dan bunda niatku untuk tidur aku urungkan.oleh oleh yang telah aku siapkan dari padang aku buka tak lupa dompet pandai sikek khas padang kuberikan pada bunda dan sarung khas bukit tinggi untuk ayah.
Cerita mengenai kabar di padang pun mengalir dari bibirku, tentang keluarga, jalan jalanku di pantai pariaman dan bukit tinggi, tentang pasangan hidupku yang di permasalahkan amak aku hanya ingin bercerita pada bunda nanti malam.

@@@

“jadi begitu ceritanya bun...bagaimana bun”
setelah kuceritakan masalahku pada bunda
“Bunda sih terserah kamu aja Zul mana yang baik menurut kamu asal sesuai dengan hati kecil mu bunda dukung dan bunda rasa amak tak sekejam itu kok nak”
“Tapi bun zul mau keluarga dari padang ikhlas dan bahagia dengan siapa saja zul hidup nanti bun lagi pula zul ini cucu pertama yang jadi contoh buat sepupu di padang “
“iya sudah kalau begitu tidak usah di pikirin cari saja gadis minang yang ada di jakarta, dia pasti bisa mengerti keadaan orang rantau seperti kita..bereskan..”
jawaban bunda memberikan angin sejuk kedalam hati ku alhamdulillah
@@@

Empat tahun kemudian...
Aku melipat undangan walimatur ursy yang tertanggal satu bulan lagi. Setelah menyelesaikan kuliah dan bisnis yang telah aku mulai sejak mahasiswa telah berkembang pesat aku sekarang telah siap untuk menyempurnakan separuh dienku, wanita yang akan menjadi calonku terpaut lima tahun dibawahku dia juga sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negri terkemuka di jakarta disamping itu dia juga seorang aktifis sama seperti diriku, murobbi ku yang mengenalkan ku padanya tak lama setelah aku mengutarakan niatku untuk menikah.kesan pertama kali bertemu dengannya dia punya wajah yang  manis dengan suara yang lembut, gadis yang cukup ramahpun aku sematkan padanya ketika aku berbicara dengannya dan bertanya tentang hidupnya.satu hal yang tidak aku tanyakan adalah dari etnis mana dia bagiku cukuplah agama yang dimilikinya sebagai kriteria pasangan hidupku. Setelah satu minggu diapun setuju untuk menjadi ibu dari anak anakku kelak.

“Alhamdulillah akhirnya undangan terakhir selesai juga “

Kutatap undangan tersebut dengan rasa syukur, undangan berwarna merah ini akan aku kirimkan ke Amak dan keluarga di Pariaman besok. Kubaca sekilas tulisan yang terukir disana
Menikah  Mariani Evitasari dan Dzul Kiramaini, 12 Januari 2009.
Tak lupa secarik kertas kuselipkan kedalam undangan itu ada pesan kecil yang sengaja khusus aku buat untuk amak dan tek ifah :”Amak, tek Ifah Mohon restunya, Dia gadis minang lho.. ”

Tangerang,10 feb 2007
Teruntuk MN ‘disana’, jalan mungkin tak semulus keinginan kita.

Penulis adalah Alumni Univ.Negri Jakarta, Jur.Bahasa Prancis. Saat ini sedang mendirikan Bimbel untuk masyarakat di sekitar rumahnya, ayah dari satu orang putra dan suami dari Desy Ayu S. Seorang Blogger yang senang menulis isi kepalanya agar karyanya bisa dinikmati dunia.


Kosa kata
Etek : adik ibu
Amak : Nenek
Ninik Mamak : keluarga dari pihak ibu
Bako : keluarga dari pihak ayah
Amak jo abak lai sehat, onde lah gadang cucu amak ko lah.. : nenek dan kakek sehat sehat saja, ya ampun udah besar cucu nenek ini ..
Sia kah nan nio jo bujang buruak ko. . : Siapa yang mau sama bujang jelek ini..
Ambo indak ba pacar doh tek.. : saya tidak pacaran bibi
Wa ang : kamu
Zul ikui’ amak ka ladanglah : zul ikut nenek ke lading ya
Baitu : ko begitu
Lai pandai waang mamacik pacua yuang? : bisa kamu megang pacul ?















Minggu, 21 Januari 2007

Jalinan hati

Penulis : JB.Awwaly 

Iyan sedang bingung kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi, padahal Iyan tau semua akan berakhir sia sia tapi sungguh rasa sayang itu benar benar tumbuh dengan suburnya didalam hatinya. Tria, nama yang membuat dia selalu membuat hari harinya terasa lebih berwarna.tapi nama itu juga yang membiaskan makna sayang yang ada dalam kamus hatinya. Kata sayang yang tak bisa dipungkiri oleh Iyan untuk nama itu padahal Iyan bukan lah orang yang mudah jatuh hati pada wanita manapun tapi kenapa ia merasakan hal yang berbeda pada makhluk indah satu ini, meski saat ini rasanya sulit untuk mewujudkan keinginan yang lama telah meraja di hati Iyan. Hari ini dari sudut kampus Iyan mulai membaca hariannya, menyelami arus waktu yang telah mengalir dibelakang..
###
Hari pertama kuliah tidak ada yang istimewa buat Iyan seperti dua tahun lalu ketika dia menjadi mahasiswa baru yang masuk kampus ini tapi hari ini dia benar benar gak bisa melupakan pertemuan itu, masuk jam delapan di mata kuliah bahasa inggris membuat mata tidak bisa menahan kantuknya tapi lima belas menit sejak bel berbunyi seorang mahasiswi baru yang sedikit tomboy izin masuk ke kelas dan tiba tiba saja duduk di samping Iyan yang memang duduk dibangku belakang.
“Hai nama saya Tria dari bahasa prancis dua ribu empat nama kamu siapa?” kata makhluk manis itu menyapa
Dengan terkejut Iyan menatap wajah tirus itu sejenak dan ketika kesadarannya kembali dia berujar pendek
“Ian disain grafis dua ribu satu…”
“Wah hebat kapan kapan ajarin ya ntar sebagai bayaranya gw bayar pake bahas prancis mau?”

Aneh ni cewek baru kenal kok dah sok akrab sih kata Iyan dalam hati

“Gimana mau ga..?”
“Iya deh..” dalam hati Iyan agak terhibur dengan hadirnya cewek ini hitung hitung ngilangin BT.

Akhirnya waktu satu setengah jampun berlalu dengan obrolan antara Iyan dan Tria, mereka ngobrol tentang banyak hal tentang jurusan masing masing angakatan tahun berapa ,anak siapa dan tinggal dimana ya biasa semua hal yang bisa dibuat bahan obrolan diobrolin sebenarnya Iyan malas ngobrol dengan anak baru itu, yang ternyata sedikit bawel tapi Iyan sadar mahluk bernama Tria ini benar benar enak diajak ngobrol wawasannya luas dan dia pandai mengarahkan pembicaraan sehingga akhirnya Iyan mencoba mengimbangi obrolan keduanya. tanpa terasa waktu kuliah pun habis keduanya baru menyadarinya ketika  dosen keluar bersamaan dengan keluarnya mahasiswa yang ada di kelas tersebut

“Eh ia ka Iyan boleh minta nomor telepon?”
“Jangan panggil kakak panggil aj Iyan biar lebih akrab okeh..”
“Hi..hi… aneh ya masa Tria yang lebih muda manggil namanya saja ga sopan dunk”
“Ga papa ko Tri santai aja”
“Ya udah kalau maunya begitu mana no telphonnya??”
“0876 9419 823”
“Kamu sendiri berapa no telepon mu?”tanpa sadar kalimat Tanya itu terlontar begitu saja dari mulut Iyan.
“Oia catet ya 0818 33 17 83 09”
“makacih ya dah ka eh Yan ampe ketemu lagi. .
belum sempat ian menjawab tria sudah kabur meninggalkan dirinya
“da..” ucap Iyan lirih.

Mata kuliah bahasa inggris memang di wajibkan untuk semua  mahasiswa semua jurusan di kampus ini termasuk buat Tria dan Iyan yang memang lebih sering ketemu di ruang kelas bahasa kesukaan Tria meski ia  anak prancis tapi bahasa inggrisnya juga oke, kebalikan dengan ian yang biasa biasa saja dalam bahasa inggris Ian lebih tertarik pada pada buku filsafat. Iyan akhirnya hanya menganggap jam kuliah ini sebagai ajang bertemu dengan tria, hari ini dengan lancarnya tria mempresentasikan sebuah karya Shakshephere dengan bahasa Inggris Iyan mengagumi kefasihan Tria dalam berkata kata.

“Wah..tri kamu hebat ya ngomong inggrisnya belajar dimana dulu?” Ujar Ian setelah kuliah. Akhir akhir ini mereka sering menghabiskan waktu istirahat setelah kuliah sebelum akhirnya mereka kembali pada kesibukan masing masing.
“Hm..dulu pernah ikut kursus sih, lagian mang aku suka bahasa ko yan, tau ga ibuku juga guru bahasa Inggris jadi biasa aj tuhh..mang kenapa?”
“Pantesan,Ya aku bisa sih tapi ga jago kayak kamu..”
“He..he..jadi enak ni.”
“Hu..Ge Er.”

Mereka pun tertawa bersama.ian menatap wajah tria yang memang periang tidak seperti dirinya yang jarang merasakan kebahagiaan selama hidupnya. Ian merasa setiap bersama tria hari itu akan penuh warna meski hanya sehari.

@@@

Jam tiga belas tepat ian menyelesaikan sholat Zhuhur dikosannya, Jakarta hari itu rasanya panas sekali tidak seperti biasanya, untung hari sabtu jadi Ian bisa istirahat di kos-annya sambil main computer iseng iseng mencoba mencari ide ide baru yang ada di kepalanya. Tiba tiba ponselnya bernyanyi …one messege recived. Ian membuka sms baru itu, sebuah nama yang sudah ia kenal terpampang disitu.
“tumben nih anak siang siang sms pikir ian ada apa ya..” gumamnya
Tria
Ian anterin aku ke toko buku yuk aku mau cari kamus bahasa prancis tapi males kalo jalan sendiri ni bisa kan??
In melihat jam dinding menunjukan jam yang menunjukan jam tiga belas lewat 30 menit dalam hati ia berkata
“Dari pada bengong lebih baik jalan jalan nemenin makhluk manis deh..”
Ian
Ok ketemuan dimana nih non?
Beberapa menit kemudia tria membalas
dirumahku aja jemput ya, masih bawa gatotkoco kan??jangan pake lama ya
Ok balas ian
Tak lama ian sudah meniti jalanan yang panas dengan gatotkoco alias vespa keluaran 80-an yang dibelinya dari hasil pemotretan selama ini.

Sampai dirumah tria yang cukup besar
“Ko lama banget yan??”
“Sori tri tadi gatot ngambek dijalan katanya kok jalanan panas amat sih, jadi ngadat de di jalan he..he.”.
“Ya udah jalan yuk ntar kita kesorean nih”
“Nih pake helmnya aku dah sediain “
“Ok. “
Setelah beberapa waktu kamus yang di cari tria akhirnya ketemu dan setelah membayar di kasir tria mengajak ian ke gerai pizza yang terletak tak jauh dari took buku
“Kita kesana yuk Yan??”
“Wah kamu tadi ga bilang kalo kita juga mau makan..”
“Ye..dimana mana kalau pergi keluar rumah itu ya harus jajan dunk “
Seperti memahami kegelisahan ian, Tria melanjutkan kata katanya
“Kenapa ga ada fulus ya? udah tenang aj aku bayaran kan mahasiswa yang ngajak dia yang bayar lupa?”
Duh ni anak ko ngerti amat sih pikir ian. Sebagai anak kost Iyan harus bisa mengatur keuangannya sendiri, seandainya ada yang kejadian tak terduga seperti ini keki juga ian dibuatnya.

“Udah cepetan laper nih..” Tria langsung menarik tangan Iyan masuk ke resto italia itu.
“Mang kenapa sih tri harus makan disini  inikan mahal” kata Iyan setelah tria memesan satu porsi chesse corn ukuran sedang untuk mereka berdua.
“Hm.. aku emang suka banget makan pizza.lagian ga rugi kok yan rasanya enak dan harganya juga cukup terjangkau lagian mang ini resto tempat mangkal waktu aku smu jadi sambil makan aku bisa nostalgia jamn dulu he..”

Iyan bengong jadi dia biasa makan disini?? ia menatap dalam kepada Tria menemukan kenyataan bahwa Tria bukan orang seperti dirinya yang terbiasa makan di warteg dekat kosannya yang kadang bisa dihutangi, Melihat harga makanan disini sudah cukup membuat Iyan mengelus dada karena harga pizza yang dipesan Tria tadi sama dengan bisaya makan dirinya selama dua hari. Ian tahu bahwa Tria hidup kecukupan dikeluarganya, sedang dirinya bisa melanjutkan hidup jika ada orderan foto atau membuat disain dari perusahaan yang membutuhkan tenaganya..

“Uda jangan bengong ayo di coba dong “
Ucapan tria membuyarkan lamunan ian, sore itu adalah awal ian mengenal tria lebih jauh dari sebelumnya..

Hari hari berikutnya Tria tidak segan lagi menceritakan siapa dirinya pada Iyan, begitu juga dengan Iyan dan mereka lama kelamaan saling mengenal satu sama lain,meski awalnya mereka jarang bertemu tapi komunikasi diantara keduanya yang seakan tak pernah putus membuat mereka akhirnya sering bertemu. Sesekali mereka berbicara topik yang ringan ringan seperti kuliah namun  adakalnya mereka membahas hal hal yang berat seperti politik dan agama. Teman teman merekapun melihat keduanya sudah seperti saudara yang memahami satu sama lain dalam suka maupun duka seperti siang itu mereka bertemu diwarung kebun disamping gedung disain

“Gimana kuliah mu hari ini Tri?? “ tanya Iyan
“Asik sih tadi kita belajar conversation dengan bahasa prancis tentang keluarga..”
“Trus kamu cerita apa?”  
“Ya ampun Yan kamu kaya ga kenal aku aja, ya aku cerita kalo bokap kerja di pemda dan nyokap guru bahasa inggris dong”
“Trus teh Via dan bang Ardi?”
“Ya iya lah kakaku yang ganteng, mereka juga aku certain atuh..” ujar tria manja.
“Oh kirain ga di ceritain..nah kakakmu yang ganteng ini ga di ceritain??”
“Yee..mang situ abang dari mana daari hongkong he…he…”

Dalam hati Iyan terkadang tersentak setiap tria memanggil  dirinya abang dia bertanya Tanya apa iya selama ini Tria hanya menganggap dirinya sebagai kakak bukan yang lain namun buru buru ian menyingkirkan perasaan itu jauh jauh dia tidak ingin persahabatannya rusak hanya karena masalah itu.
Sore itu merekapun terlihat asik menceritakan kegiatan masing masing.

@@@

“eh Yan liat hotel itu ga??”tria menunujuk sebuah hotel yang megah sebuh nama terpampang jelas disana METROPOLIGHT HOTEL.
“Mang kenapa” tanya Iyan.
“Hmm aku punya cita cita pengen married disana nanti “
“Kenapa di hotel tri kan masih banyak gedung gedung yang lain?” Iyan mau tau apa yang ada di hati tria
“Karena deket rumah titik mas gitu aja ga ngeh sih”
“Upss iyan baru sadar kalo hotel itu dekat dengan rumah tria”
“Mang udah ada calonnya?”
“Belum sih abis laki laki sekarang ga bisa dipercaya sih..”
“O ya…” iyan mencibir
“De…tersinggung ni ye..”
“Biasa aja tuh”
“Ih..sama ademu yang manis ini jangan ngambek dong “
“Ye..ge er emang kamu mau punya cowok yang kaya gimana tri”
“Cowok ?? siapa yang pengen punya cowok aku maunya punya suami tau..”
“Oo …”
“Aku maunya punya cowok yang kaya dan tentunya baik hati dan…”
“Dan apa...”
“romantis dong “
“Emang ada cowok yang ideal kaya gitu “
“Makanya belum ada cowok yang berani deketin tria soale pada mundur pas aku bilang criteria calon suamiku itu…”
“Lagian matre sih  aduh..
tiba tiba lengan iyan di cubit tria.
“ko nyubit sih”
“Lagian orang dibilang matre, bukannya matre tapi hari gini masih ngarepin cinta doang trus mau nyekolahain anak pake cinta apa?”
“Ha..ha..bener juga ya, tapi kalo ada cowok kaya trus romantis baik hati pula tapi mukanya ancur gimana tri??”
“Ih iyan becanda terus sih”
“Ye ini ga becanda sih ini serius bisa jawab ga?”
“Buat tria wajah tampan ga terlalu penting yang penting dia bersih dan satu lagi tria harus merasa nyaman deket dia.getho..”
Dalam hati iyan berfikir kalo dirinya tidak akan pernah jadi cowok yang diimpikan tria. Kaya..hm kayaknya untuk yang satu ini sulit sekali untuk diwujudkan buat iyan melihat kondisi keluarganya yang pas pasan, romantis sampai sekarang iyan belum pernah jadi remeo buat seseorang, tapi iyan bisa berbangga kalau soal penampilan dan wajah nya yang tidak buruk. banyak klien fotonya yang bilang kalau dirinya lebih baik jadi model dari pada jadi fotografer.bagi iyan itu adalah sebuah pujian.nyaman, untuk yang satu ini Iyan tidak bisa menilai dirinya karena orang lainlah yang menilai termasuk tria.tapi selama ini iyan merasa tria tidak merasa canggung atau merasa bosan bila dekat dengan dirinya.
Waktu pun berjalan menemani hari hari mereka seperti biasa,

@@@
Iyan menutup hariannya sudah dari siang dia baca buku yang setia menemani hari harinya selama ini,sejak tadi siang iyan memang menghabiskan harinya untuk membaca buku itu dan malam itu iyan tidak bisa memejamkan matanya dia sudah membulatkan tekadnya untuk mengungkapakan apa yang ada dalam hatinya tadi sore. Sudah Dua minggu setelah wisuda dirinya menjadi sarjana Disain, iyan sudah memiliki langkah untuk hari hari berikutnya setelah ia menjadi seorang sarjana dan mendapat perkjaan sebagai fotografer di studio kecil hasil patungan dengan teman teman seprofesi dikota Bandung, hal initu pula yang membuatnya memberanikan diri untuk  membuat janji dengan tria untuk bertemu esok hari setelah tria kuliah ditempat biasa mereka bertemu,sebuah kafe kecil disamping danau buatan dikompleks tempat tria tinggal.

“Tri besok pulang kuliah bareng yuk..”
“Tumben neh ade apa abang..”
“Ga mau traktir aja kemarin aku dapet orderan foto nih sekalian mau tasyakuran sarjana sama kamu”
“Asik boleh ajak temen gak”
Deg..iyan terkejut
“Ga deng becanda jangan dimasukan perut ya ntar wc penuh ha..ha..aku keluar jam setengah tiga jemput aja ke jurusan ku ya yan,BTW mang mau traktir kemana?”
“Tempat biasa kafe pinggir danau ywd cu 2morow y..”
“CU2 tria membalas”

Tanpa sadar iyan tertidur juga setelah Sms yang iyan kirim ke tria mengantarkan ke hari esok.
Sore itu burung burung berkicau dengan riangnya air danau yang tenangpun seakan ikut dalam kesyahduan senja yang mengantarkan si raja siang beristirahat pukul lima sore memang waktu yang tenang buat setiap orang dikompleks udara yang tidak terlalu panas membuat suasana yamg menyenangkan. Tria sedang suapan terakhir potongan pizza kesukaannya sedang Iyan berusaha setenag mungkin menenangkan pikiran dan hatinya untuk mengungkapkan isi hatinya dia pun menyeruput susu soda kegemarannya.

“Akhirnya abis juga nih pizza kenyang..” ujar tria sambil bersandar pada kursi yang didudukinya.diapun tersenyum pada iyan.
“Dasar kalau makan ga liat laiat kiri kanan sampe yang didepan mata dicuekin.”
“He..he..lagian pizza disini mang enak lagian pake bumbu Ge lagi”
“Bumbu Ge??”
“Gratis tau..”
“Dasar Ce Ge “
“Apaan tuh “
“Cewek gratisan”
Merekapun tertawa tanpa dikomando
Tiba tiba iyan terdiam tria bengong meliahat perubahan dimuka iyan

“Ada apa mas kesambet ya..”
“Iyan hanya diam menatap mata tria yang memang indah”
“Tri boleh ga aku ngomong sesuatu??”
“Ya ampun ngomong ngomong aja kenapa harus minta izin sih aneh..”

Iyan menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya yang tidak kering
Kamu sadar ga kenapa kita bisa sedekat ini?kita sering jalan bareng, ngobrol bareng, makan bareng, bahkan kita udah ga canggung satu sama lain sejak pertama akli bertemu padahal kita sebelumnya ga saling kenal .
“Ya mang kenapa?”
“Tri mungkin yang aku sampaikan ini akan merubah hubungan kita selanjutnya..sebab..
Iyan tidak sanggup melanjutkan kata katanya
“Sebab kenapa yan”
“Sebab aku ingin kamu jadi pacarku...”
Glek Iyan menelan ludahnya sekan ia ingin menghapuskan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya itu Tria agak terkejut mendengar pernyataan polos Iyan yang tidak disangkanya.merekapun sama sama membisu sibuk dengan pikiran masing masing
“...dan aku mau kamu mau komentar dari kamu.”
Tria tidak bisa berkata kata selama ini dia sangat dekat dengan iyan dibandingkan cowok cowok lain dalam hidupnya menurutnya laki laki yang dekat dengan dirinya tidak punya pendirian, seenaknya saja menjalani hidup, mau menang sendiri tapi tria merasa iyan berbeda dengan mereka iyan memang punya prinsip dalam hidupnya, iyan juga orang yang mandiri menjalani hidupnya, iyan juga orang yang berprestasi dalam pendidikannya, hanya saja iyan tidak punya raasa percaya diri yang cukup untuk menunjukan kelebihan kelibihannya pada orang lain.itulah kenapa tria merasa nyaman dekat dengan cowok yang satu ini tapi tria tidak menyangka kedekatan dirinya dianggap lain oleh iyan memang sih tria sempet kagum dan suka pada iyan tapi dia merasa dirinya  masih terlalu muda untuk memikirkan hubungan serius dengan laki laki manapun.maka triapun hanya bisa diam saat itu.

“Bagaimana tri...?”ucapan iyan menyadarkan tria dari lamunannya.
“Maafkan tria..Yan. aku enggak bisa ngejawab permintaan kamu sekarang,aku butuh waktu..”
“Baiklah yang penting aku sudah mengatakan hal ini padamu dan kamu sudah tau apa yang ada dalam hatiku, lebih baik sekarang kita pulang hari sudah gelap dan besok kita punya kesibukan masing masing kan..” iyan mengatakan hal itu dengan menguatkan hatinya sekuat kuatnya
“Dan aku mohon kamu jawabanmu tiga hari lagi bisakan”
Tria berfikir sejenak, sebenarnya tanpa mengulurkan waktu selama itu dia bisa saja menjawab hari itu juga tapi niat itu di urungkan demi menjaga perasaan Iyan yang telah baik padanya selama ini.
“Oke jawabannya tiga hari lagi di kafe ini jam lima sore”
Iyan mengangguk tanda setuju
Akhirnya mereka pulang kerumah masing masing membawa badai dihati masing masing akibatnya perjalanan pulang merekapun seakan kehilangan makna.

@@@

Hari ini Iyan menunggu jawaban dari tria, sejak pagi waktu seakan berjalan amat lambat membuat jantungnya seakan akan enggan berdetak, sudah hampir lima belas menit iyan menunggu di kafe tidak biasanya Tria terlambat seperti ini dalam hati kecil Iyan merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan tiga hari lalu tapi sungguh Iyan tidak bisa menahan lebih lama lagi, dia sudah menyiapkan segalanya hari ini rencana rencanapun sudah ada dalam hatinya apapun jawaban dari Tria, menolak artinya iyan akan menerima tria apa adanya seperti sahabat dan adiknya, dia tetap akan menjadikan tria salah satu orang yang dekat dengan dirinya, dan Iyan siap menjaga Tria hingga Tria memiliki orang yang benar benar ia cintai sebagai kekasihya, diterima berarti dia akan menjadi lelaki beruntung yang memiliki kekasih yang cerdas, baik hati, cantik dan perhatian, tentu saja Iyan rela melakukan apapun untuk Tria melebihi apa yang ia akan lakukan jika seandainya tria menolak perasaannya.    
Tiba tiba seorang menepuk bahunya dari belakang
“Maaf mas, nama mas Iyan ya..??”
Iyan mengumpat dalam hati. sialan bikin kaget aja ni orang
“Iya kenapa mbak” ujarnya kepada seorang yang ternyata waitres kafe
“Ini ada titipan buat mas katanya dari Tria”
Iyan langsung celingukan mencari sosok yang sudah iya kenal selama ini
“Orangnya mana mbak?”
“Oh orangnya tadi sih ada tapi dia bilang buru buru kayanya sih udah pulang mas ini mas titipannya permisi mas”
“Oh iya..iya mbak trimakasih “
Iyan memandangi amplop putih itu
Tria meet iyan at place begitulah yang tertulis diamplop depan.
Perlahan Iyan membuka surat itu, lalu iyan mulai menyusuri kalimat kalimat yang tertulis di kertas biru muda, warna kesukaan tria.

To Insan Kresna
Buat “Kakak” ku yang aku sayangi.

Sebelumnya tri minta maaf karena Tria tidak menemui Iyan secara langsung face to face, Tria sungguh tidak kuat Yan. Semoga Iyan mengerti. Lewat tulisan ini Tria ingin menjawab permohonan iyan untuk menjadi orang yang spesial di hati iyan, awalnya tri kaget mendengar pernyataan iyan tempo hari, tapi sungguh tri  mengerti perasaan Iyan, sangat mengerti bahkan . setelah tiga tahun kita bersahabat dan melewati banyak suka duka, Tria pun merasa menemukan pribadi yang punya karakter kuat seperti kamu tidak seperti laki laki lain Iyan terlihat lebih dewasa mengahadapi hidup tidak seperti aku yang masih kekanakan,Tria merasa ada kedamaian setiap ada Iyan, memang Tri akui Tria memang sayang Iyan tapi Tria hampir tidak memikirkan lebih dari itu, Tri masih ingin kebebasan dalam hidup ini yan, buktinya setiap dari kita selalu jika yang lain membutuhkan bukan? (inget waktu kamu menjemput aku dijogja karena ketinggalan bis pulang KKL dan ingetkan siapa yang nungguin ketika kamu di rumah sakit kan?). aku fikir selama ini kita sudah menjadi seorang yang spesial satu sama lain tanpa harus menjadi sepasang kekasih.

Iyan kakakku yang ganteng,
Aku bangga punya seorang yang memperhatikan aku selama ini, sesorang yang menginpirasi ku menghadapi masa depan, seorang yang berarti dalam hidup ku, dan orang itu adalah kamu yan. Aku yakin kamu pun merasakan hal yang sama. Maka selama ini akupun tidak merasa sungkan dengan kamu bagaimana pun keadaannya semua aku jalani biasa saja tanpa ada basa basi tanpa ada beban dn tanpa ada topeng antara kita itu semua karena tri merasa iyan pasti orang yang sangat pengertian tehadap tri, dan jujur tri merasa nyaman kalau kita sedang bersama. Dan sampai saat ini belum ada orang seperti kamu dalam hidup tri.

Ka..
Tri belum siap untuk jadi pacar atau apalah namanya untuk seorang Iyan yang Tria hormati, hidup ini kita masih panjang untuk mencapai cita cita kita masing masing. Kesimpulannya Tria minta maaf karena Tri tidak bisa meluluskan permintaan Iyan tempo hari. Namun Tria harap kita masih bisa menjadi seperti apa adanya kita dulu, tidak lebih atau kurang tri yakin iyan menghargai pendapatku ini. Tria tidak pandai berkata kata untuk menjelaskan semua ini, maka Tria mohoo...n kakak mengerti perasaanTria seperti Tria mengerti perasaan Iyan.
Salam hormat dan sayang.
Astria Ezzeldine

Jangan menangis yan kamu lelaki jangan menagis ini hanya maslah cinta teriak hati kecil iyan dan memang mata iyan sukses tidak menagis, namun keperihan hatinya melelehkan airmata hatinya.Iyan sadar manusia hanya bisa berencana tapi hasilnya hanya Tuhan yang berkuasa menentukan, dia menerima jawaban Tria meski lewat surat, tapi seminggu lagi ia mesti pindah ke Bandung untuk mulai melanjutkan hidupnya di kota tersebut, rencananya hari ini ia akan mengabarkan kepindahannya pada Tria selain mendengarkan jawaban Tria tapi rencana itu tidak bisa terwujud. Iyan hanya bisa menegarkan hatinya. di tempat lain tanpa Iyan ketahui tria tidak dapat menahan isak tangis didalam kamarnya.

@@@


 mohon perhatian kereta menuju bandung di jalur satu akan diberangkatkan segera kepada seluruh penumpang yang akan berangkat dimohon untuk memasuki gerbong masing masing
suara pengumuman dicorong itu sudah dinanti nantikan iyan dia pun bersiap untuk pergi, pergi untuk meninggalkan kota jakarta yang penuh kenangan kota yang memberinya arti hidup sesungguhnya untuk berjuang dan belajar dari kehidupan.iyan menarik nafasnya dalam dalam dalam hati ia bergumam
Tri maafin aku ya aku pergi untuk mengejar cita citaku mungkin suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi pada saatnya sudah tepat seperti yang kamu harapkan
Iyan masuk kedalam gerbong dan duduk di bangku dekat jendela dia memandang keluar
Ting.. tong.. ting.. tong.. bunyi peron menandakan kereta akan berangkat
Iyan melihat pemandangan stasiun yang berlahan lahan menjauh dari dirinya semakin lama semakin cepat dan akhirnya pemandangan jakarta sore itupun mulai ikut berlari.

Di stasiun sesosok wanita berdiri mematung memandangi kereta yang semakin kecil dan semakin kecil  dan akhirnya menghilang. Wanita itu yang bernama Tria itu hanya bisa tersenyum getir. Teryata dia tidak bisa mengucapkan selamat jalan untuk orang yang baru dia sadari ternyata sangat dekat di hatinya, sepucuk surat tergenggam di tangannya.Tria mendapatkan surat itu tadi pagi

Untuk Astria Ezzeldine

Mudah mudahan hati kita masih bisa bertemu meski lewat surat ku ini, meski mata kita tidak bisa lagi saling memandang seperti dulu...
 De terimakasih atas suratmu buatku kemarin dan kakakmu ini mengerti mengapa kamu belum bisa menerima kakak dalam hidup yang lain. tak mengapa mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama dalam hubungan khusus hanya sebagai kakak dan adi, tak mengapa aku pun sudah berjanji dalam hati utuk menerima dan menjalankan apapun keputusanmu. Aku menghargai sikapmu dek, hari ini kakak akan ke bandung untuk menjalani hidup baru karena ada tawaran menjadi fotografer disana, mungkin disana kakak bisa lebih bisa merajut kembali hati kita yang pernah retak, mungkin jarak bisa mengajarkan arti hidup lebih jauh lagi untuk kita berdua.
Doakan kakak supaya kakak bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Kapan ada waktu kita mudah mudahan bisa bertemu lagi ya..kakak pasti akan merindukan senyum manismu de.
Salam buat mama dan ayah ya dek


Ur brother
Insan Kresna

“Yang kita pulang yuk dah sore”
Seorang lelaki tampan menghampiri tria, tria melipat surat itu dan memasukannya kedalam tasnya,lelaki itu menggandeng tangannya erat.dan mengajak Tria pulang.sore itu tria tidak tahu apa yang bisa ia katakan pada iyan jika bertemu nanti. Karena pria yang menggandengnya adalah tunangannya sejak beberapa bulan yang lalu. Kota Jakarta berlahan menjadi gelap menjemput malam yang mulai menggeliat dan satu episode kehidupan berakhir.

Tangerang, Januari 2007
To my best friend banyak inspirasi yang kudapat dari mu, merci!

Penulis adalah Alumni Univ.Negri Jakarta, Jur.Bahasa Prancis. Saat ini sedang mendirikan Bimbel untuk masyarakat di sekitar rumahnya, kumpulan cerpennya sedang dikumpulkan untuk dipublikasikan, sedang menyelesaikan novel pertamanya, ayah dari satu orang putra dan suami dari Desy Ayu S. Seorang Blogger yang sudah bosan menjadi penikmat sastra dan mulai menyenangi menulis isi kepalanya agar karyanya juga bisa dinikmati dunia.