"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...."

Rabu, 09 Januari 2013

Lihatlah dengan Kacamata hati

Saat renovasi rumah, si empunya rumah sudah merencanakan memasang sebuah lukisan potret keluarga di ruang tamu yang telah ditatanya dengan indah. Lukisan itu telah dipesan melalui seorang seniman pelukis wajah yang terkenal dengan harga yang tidak murah. Tetapi, saat lukisan itu tiba di rumah dan hendak dipasang, dia merasa tidak puas dengan hasil lukisan dan meminta si pelukis merevisiya sesuai dengan gambar yang dibayangkan.
Apa daya, setelah diperbaiki hingga ketiga kalinya, tetap saja ada sesuatu yang tidak disukai pada lukisan tersebut sehingga setiap si pemilik rumah melintas ruang tamu, selalu timbul ketidakpuasan dan kekecewaan. Itu sangatlah mengganggu pikirannya. Menjadikan dirinya tidak senang, uring-uringan, jengkel, kecewa dan sebal dengan ruang tamunya yang indah itu. Semua gara-gara sebuah lukisan!
Suatu hari, datang bertamu satu keluarga sahabat ke rumah itu. Sahabat ini termasuk pengamat seni yang disegani di lingkungannya. Saat memasuki ruang tamu—setelah bertukar sapa begitu akrab dengan tuan rumah—tiba-tiba mereka bersamaan terdiam di depan lukisan potret keluarga itu. Si tuan rumah buru-buru menyela, “Teman, tolong jangan dipelototi begitu, dong. Aku tahu, lukisan itu tidak seindah seperti yang aku mau, tetapi setelah di revisi beberapa kali jadinya seperti itu, ya udah lah, mau apalagi?”
“Lho, apa yang salah dengan lukisan ini? Lukisan ini bagus sekali, sungguh aku tidak sekedar memuji. Si pelukis bisa melihat karakter objek yang dilukisnya dan menuangkan dengan baik di atas kanvas, perpaduan warna di latar belakangnya juga mampu mendukung lukisan utamanya. Betul kan, Bu?” tanyanya sambil menoleh kepada istrinya.
“Iya, lukisan ini indah dan berkarakter. Jarang-jarang kami melihat karya yang cantik seperti ini. Kamu sungguh beruntung memilikinya,” si istri menambahkan dengan bersemangat. Kemudian, mereka pun asyik terlibat diskusi tentang lukisan itu.
Setelah kejadian itu, setiap melintas di ruang tamu dan melihat lukisan potret keluarga itu, dia tersenyum sendiri teringat obrolan dengan sahabatnya. Kejengkelan dan kemarahannya telah lenyap tak berbekas.
Pembaca yang budiman,
Jika sebuah lukisan tidak bisa diubah atau banyak hal lain di luar diri kita yang tidak mampu kita ubah sesuai dengan keinginan kita atau selera kita, maka tidak perlu menyalahkan keadaan! Karena sesungguhnya, belum tentu lukisan atau keadaan luar yang bermasalah, tetapi cara pandang kitalah yang berbeda. Jika kita tidak ingin kehilangan kebahagiaan maka kita harus berusaha menerima perbedaan yang ada.
Dengan mengubah cara berpikir kita yang di dalam, tentu kondisi di luar juga ikut berubah.

Semoga dengan cerita diatas temans bisa melihat hidup ini dengan kacamata hati karena keindahan hidup sesungguhnya berada dalam lubuk hati kita..Semoga Tahun 2013 ini hidup kita menjadi lebih indah Amin

Source : Prudynamic Agency

Rabu, 02 Januari 2013

Kenapa Harus Ikut Asuransi Jiwa?


Siang itu saya dan kawan- kawan memutuskan untuk bermain ke rumah salah seorang teman sekolah, sebut saja A. Sekitar jam dua siang, telepon di rumah A berdering dan mengabarkan bahwa teman kami yang bernama Ida, diminta segera pulang karena ada yang sakit di rumah. Ida pun bergegas pulang ditemani salah seorang dari kami, sedangkan yang lainnya melanjutkan bermain. Sekitar satu jam kemudian, kami mendengar kabar bahwa Ida diminta pulang karena ayahnya meninggal dunia. Kejadian ini mengejutkan kami semua karena selama ini ayah Ida sehat-sehat saja dan usianya masih 42 tahun.

Sepeninggal ayahnya, Ida menjadi pendiam. Mulanya saya kira Ida masih merasa sedih kehilangan ayahnya. Namun keadaan ini berlanjut hingga setahun setelah ayahnya meninggal. Ida bercerita bahwa ternyata ibunya kesulitan membiayai keluarga mereka. Ayah Ida adalah pemberi nafkah utama keluarga, namun ia tidak meninggakan harta yang cukup untuk menghidupi keluarganya dalam jangka panjang. Selama ini kehidupan mereka baik-baik saja karena pekerjaan ayah Ida dapat memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan ibu Ida adalah ibu rumah tangga yang kadang-kadang menerima pesanan catering dari tetangga untuk sedikit ikut berkontribusi dalam keuangan keluarga mereka.

Peristiwa ini terjadi 18 tahun yang lalu. Namun, saya masih ingat pelajaran itu sampai hari ini. Bahwa usia ada batasnya dan kita tidak akan pernah tahu kapan giliran kita meninggalkan dunia ini. Orang sering berpesan agar kita menyiapkan amal ibadah untuk kita bawa ke akhirat nanti. Jarang ingat bahwa ada keluarga yang harus kita rawat secara finansial. Kalau saya bertanya, siapkah keluarga Anda secara finansial jika Anda tiba-tiba meninggalkan mereka? Apakah jawaban Anda?

Well, it’s never too late. Saatnya kita melihat kondisi keluarga masing-masing dan mulai menganalisa situasinya. Adakah anggota keluarga yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa bayar sewa rumah, tidak bisa bayar listrik dan lain-lain, jika Anda tidak ada? Jika Anda menjawab ya, ada baiknya Anda menyiapkan kondisi finansial keluarga sepeninggal Anda. Caranya? Miliki asuransi jiwa.

Secara sederhana, asuransi jiwa adalah asuransi yang mengeluarkan sejumlah uang pertanggungan kepada ahli waris jika Tertanggung, atau orang yang diasuransikan dalam polis meninggal dunia dalam jangka waktu pertanggungan. Besarnya uang pertanggungan dan lamanya jangka perlindungan tergantung pada pendapatan Anda dan situasi Anda masing-masing. Seorang kepala keluarga dengan dua anak usia sekolah dan pasangan yang tidak bekerja tentunya membutuhkan perlindungan yang berbeda dengan seseorang yang belum menikah namun menanggung orangtuanya.

Berapa lamakah sebaiknya jangka waktu perlindungannya? Jangka waktu yang ideal dari asuransi jiwa adalah sampai usia produktif berakhir. Misalnya, Anda berencana pensiun di usia 55 tahun dan sekarang usia Anda adalah 38 tahun, maka Anda membutuhkan asuransi jiwa dengan jangka waktu perlindungan 15 tahun. Walaupun kita ingin berumur panjang, kita tidak membutuhkan asuransi jiwa seumur hidup karena idealnya kita harus menyiapkan dana pensiun selain asuransi jiwa. Asuransi jiwa ini hanya kita butuhkan sebagai penyangga selama kita menyiapkan aset aktif.

Seseorang dengan kekayaan bersih yang tinggi dan dapat menutupi kebutuhan keluarganya untuk jangka waktu lama dari kekayaannya tersebut, mungkin tidak membutuhkan asuransi jiwa walaupun masih tergolong dalam usia produktif. Karena aset-asetnya dapat dikelola dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia.

Jika ternyata Anda membutuhkan asuransi jiwa, pastikan uang pertanggungan atau uang yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga Anda dalam jangka waktu yang lama apabila pencari nafkah utama meninggal dunia. Uang pertanggungan yang terlalu rendah tidak akan banyak berguna untuk jangka panjang.

Ingatlah bahwa nilai uang yang sama akan semakin menurun nilainya di masa depan akibat adanya inflasi. Sederhananya, nilai uang satu milyar, lima belas tahun lagi akan sama nilainya dengan Rp 239.000.000 hari ini. Sedangkan Uang Pertanggungan yang terlalu tinggi akan menyulitkan Anda saat pembayaran preminya, maka pertimbangkan juga hal ini ketika Anda membeli asuransi jiwa.

Dengan berjuang keras, akhirnya keluarga Ida berhasil melewati cobaan finansial mereka dan mengantar adiknya yang bungsu lulus kuliah. Saat ini Ida sudah menikah, memiliki seorang anak serta asuransi jiwa atas nama suaminya karena suaminya adalah pemberi nafkah utama keluarga. Mudah-mudahan pengalaman Ida bisa menjadi pelajaran bagi kita akan pentingnya asuransi jiwa.

Jadi, kenapa asuransi jiwa? Kenapa tidak?!

sourece :
Yasmeen Danu, QM Planner
@yasmeen__