"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...."

Minggu, 29 Mei 2011

KUALITAS RENDAH PELAJAR INDONESIA

TEMANz kayak nya kita harus baca deh tulisan dari seorang teman saya yang memposting di email saya....silahkan baca...mudah mudahan kita terpecut untuk belajar (lagi)....

Oleh: Yudhistira ANM Massardi



HASIL tes PISA (Program for International Student Assessment) 2009 yang diumumkan belum lama ini, membuat Menteri Pendidikan Amerika Serikat (AS), Arne Duncan terhenyak. “Kita harus melihat ini sebagai wake-up call,” ujarnya dalam wawancara dengan The New York Times (7/12).



Maklum. Dalam tes yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) yang berbasis di Paris itu -- di antara para pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, yang diuji kemampuannya di tiga bidang : sains, membaca, dan matematika –- AS berada di peringkat 23/24. “Kita bisa berkilah, atau menghadapi kebenaran brutal ini, bahwa kita ternyata tidak terdidik,” kata Arne Duncan, gundah.



Bangsa adidaya itu patut gundah. Karena, hasil tes itu membenarkan kecemasan Presiden Obama. Dalam pidato di depan para pelajar di North Carolina, Obama menuturkan, ketika Uni Soviet meluncurkan Sputnik ke luar angkasa pada 1957, bangsa Amerika terprovokasi dan langsung meningkatkan anggaran untuk studi matematika dan sains, yang jadi kunci kemenangan Amerika dalam persaingan luar angkasa.



“Limapuluh tahun kemudian, momentum bagi generasi Sputnik kita datang lagi,” ujarnya. Dengan masuknya milyaran rakyat India dan China ke kancah ekonomi dunia, bangsa dengan para karyawan yang sangat terdidik, akan unggul. “Itu yang terjadi sekarang,” katanya. “Amerika berada dalam bahaya terjengkang ke belakang.”



Hasil tes PISA 2009 membuktikan secara signifikan, negara-negara Konfusian berhuruf kanji, berada di peringkat tertinggi (lima besar): China (peringkat 1 untuk sains, membaca dan matematika), Hong Kong (peringkat 3 untuk sains, 3 untuk matematika, dan 4 untuk membaca), Taiwan (peringkat 5 untuk matematika), Singapura (peringkat 2 untuk matematika, 4 untuk sains, dan 5 untuk membaca). Korea (peringkat 2 untuk membaca, 4 untuk matematika, dan 6 untuk sains), Jepang (peringkat 5 untuk sains, 8 untuk membaca, dan 9 untuk matematika).



Lantas Indonesia berada di mana?



Pada tes PISA 2003, tatkala jumlah pesertanya 41 negara, untuk ketiga bidang tadi, Indonesia berada di urutan 38/39/35. Artinya, kita berada di papan bawah. Pada tes PISA 2009, dengan peserta 65 negara, Indonesia tetap jadi “juara bertahan” di papan bawah: peringkat ke-60 untuk sains, 57 untuk membaca, dan 61 untuk matematika. Artinya, kualitas para pelajar kita, kini berada di posisi terendah bersama Argentina, Tunisia, Albania, Panama, Peru, Qatar, Kazakstan, Azerbaijan, Kyrgysztan.



Sebelum itu, tiga hasil studi internasional (PIRLS 2006, PISA 2006 dan TIMSS 2007) menyimpulkan :

Kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang: di bawah rata-rata skor internasional yang 500.
Siswa Indonesia hanya mampu menjawab soal-soal dalam kategori rendah, dan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal-soal yang menuntut pemikiran tingkat tinggi.


Kita mau bilang apa? Sejak 2003 hingga 2009, kita seperti berjalan mundur, dan terus menjadi yang terbelakang.



Apa yang terjadi dengan sistem pendidikan nasional?



Secara moral, kita sudah menjadi bangsa yang bobrok dengan korupsi merajalela.

Secara intelektual, di panggung internasional, kita tampil sebagai bangsa yang tak maju-maju. Sehingga, benarlah pernyataan Prof. Dr. Winarno Surakhmad tentang soal itu : ”Pendidikan nasional kita hanya menggiring bangsa Indonesia pada tragedi nasional.”



Riuh-rendah tentang sukses beberapa pelajar Indonesia di olimpiade ini dan itu, sungguh-sungguh telah melenakan dan menyesatkan! Itu membuat para pihak yang seharusnya bertanggungjawab terhadap kualitas pendidikan bangsa, jadi tidak bisa melihat realitas. Mereka tidak bisa melihat apa yang, misalnya, dilihat oleh Presiden Obama tadi.



Kita memang tidak bisa ke mana-mana (selain berjalan mundur) jika negara dengan populasi 237 juta jiwa ini hanya punya 2,7 juta guru, dan hanya 900.000 di antaranya yang berpendidikan D-4/S-1.



Kita tidak akan bisa membangun generasi baru bangsa yang lebih baik apabila sebagian besar guru di tingkat dasarnya tidak laik mengajar. Data Depdiknas 2007/2008 menunjukkan: di tingkat TK = 88% gurunya tidak layak mengajar. Di SD = 77,85%. Di SMP = 28,33%. Di SMA = 15,25%. Di SMK = 23.04%. (Sebagian besar tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimum: D-IV atau strata 1. Sementara, guru TK dan SMP umumnya berpendidikan SMA/diploma).



Generasi penerus bangsa tidak akan menjadi apa-apa jika di tingkat SMA para pelajar tidak diwajibkan membaca buku. Sebuah survei menyebutkan, di antara 11 negara, pelajar SMA di Amerika Serikat diwajibkan membaca 32 judul buku, Belanda: 30 judul, Prancis: 30 judul, Jepang:22 judul, Swiss: 15 judul, Kanada: 13 judul, Rusia: 12 judul, Brunei: 7 judul, Singapura: 6 judul, Thailand: 5 judul, Indonesia: 0 judul!



Hasilnya? Sumber daya manusia Indonesia tidak jadi tenaga kerja yang unggul.



Data Badan Pusat Statistik menunjukkan: dari total angkatan kerja yang bekerja (104,87 juta orang), lebih dari separuhnya (52,65% = 55,21 juta orang ) adalah lulusan SD. Pekerja berdiploma = 2,79 juta orang (2,66%), sarjana = 4,66 juta orang (4,44%).



Apakah kita masih punya harapan di depan? Tidak! Sebab, data Balitbang Diknas (2003-2004) menyebutkan: dari 28,235,400 anak usia PAUD/TK, yang tidak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya adalah 71,96%. Di jenjang SD (dari total 25,473,400 anak), terabaikan 5,43%. Di jenjang SMP (dari total 12,963,200 anak) = 29,81%. Di jenjang SMA (dari total 12,697,000anak) = 60,37%. Dan di jenjang perguruan tinggi (dari total 24,911,900 pemuda) = 85,75% terabaikan!



Jadi, apa yang sudah dihasilkan oleh sistem pendidikan nasional selama 25 tahun terakhir ini? Jawabnya: Angka pengangguran terdidik terus meningkat. Lebih dari

740.000 orang lulusan program diploma dan sarjana, menganggur!



Kita harus segera menghentikan “tragedi nasional” dengan melakukan Revolusi Sistem Pendidikan sekarang juga! Dan itu harus dimulai dari jenjang paling awal: pendidikan anak usia dini. Pembangunan intelektual, karakter dan budi pekerti, hanya bisa efektif jika dimulai dari “usia emas”: 0 – 7 tahun !



Bekasi, 20 Desember 2010

Kamis, 05 Mei 2011

Resep Egg Roll


merupakan hidangan ala Jepang yang menjadi favorit anak-anak. Pada resep chicken egg roll kali ini kita akan membuat hidangan dengan daging ayam yang sangat kaya akan protein yang cocok untuk pertumbuhan anak.

Bahan Resep Egg Roll:

1 lbr kulit ngohiong (kulit kembang tahu)
250 gr udang kupas, cincang halus
75 gr tepung terigu
2 bh putih telur
½ sdt gula pasir
1 sdt garam
1 sdm daun bawang, cincang
1 sdt lada
1 sdm sake
1 sdm minyak wijen
2 siung bawang putih, parut
Minyak untuk menggoreng
Cara membuat Egg Roll

Gunting kulit ngohiong menjadi 4 lembar ukuran 14 x 20 cm, sisihkan.
Campur udang, tepung terigu, putih telur, gula pasir, garam, merica, lada, sake, dan minyak wijen, aduk rata.
Bagi adonan menjadi empat bagian. Sisihkan.
Taruh satu bagian adonan pada tiap lembar kulit ngohiong. Gulung sambil dipadatkan. Rekatkan ujungnya dengan tepung terigu.
Kukus dalam dandang panas selama 30 menit hingga matang. Angkat, dinginkan.
Panaskan minyak, goreng udang gulung hingga matang dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat, tiriskan.
Potong serong 1 cm. Sajikan.