Petir menyambar nyambar di langit langit terlihat gelap, angina
menderu deru dengan dahsyatnya, malam itu sepertinya akan terjadi cuaca buruk
hujan lebat akan mengguyur Jakarta,
pohon pohon yang berjajar rapi di sepanjang
jalan bergoyang seakan akan
menari menyambut datangnya badai, mobil mobil yang biasanya merayap
dijalan berhenti bergerak karena jarak pandang yang sangat pendek dan jalanan
sebagian orang orang yang baru saja keluar dari kantornya terhenti urung
melanjutkan perjalanan pulang. Satu
petir tiba tiba menggelegar keras..Dhuaaarrr… orang orang yang tadi termenung
memandangi hujan terkejut sebagian lain berteriak tertahan. Cuaca nampaknya
sedang tidak bersahabat malam ini, tak lama hujan yang sejak tadi tertahan
dilangit tumpah ruah ke bumi dengan derasnya.
Orang orang yang berada diluar tanpa dikomando berlarian mencari tempat
berlindung dari guyuran hujan. Tak ada yang sadar di atas gedung gedung pencakar
langit di belantara Jakarta terlihat kelebatan
bayang-bayang yang meloncat di antara gedung gedung, dibelakang bayangan itu
terlihat bayangan lain seolah olah mengejar buruan..
Tiba-tiba sebuah pijaran
cahaya seperti kilat terlihat dikeluarkan oleh bayangan yang berada dibelakang
dan tak lama pijaran itu mengenai bayangan didepan lalu bayangan tersebut yang ternyata
adalah sesosok pria jatuh menghujam tanah diiringi teriakan pilu, setelah jatuh dari gedungyang tak kurang dr 50
lantai tubuh tersebut berdemum menghantam bumi, taka da yang menyadari kejadian
tersebut, karena semua orang sibuk dengan kesibukannya masing masing, bayangan
yang tadi mengejar setelah melihat buruannya jatuh dengan sigap berhenti
diujung puncak gedung dan menatap korbannya yang telah terkapar, sunggingan
bibirnya menandakan kepuasan entah apa maknanya, setelah memastikan sang korban
jatuh bayangan tersebut meloncat kearah kegelapan dan tidak terlihat lagi…hujan
dan angina seperti menelan sosok tersebut.
%%%%%%%%
Badai Hujan semalam adalah yang terburuk sepanjang minggu ini,
berita-berita di televisi, koran2 bahkan stasiun radio mengulasnya, Daya turun
dari kamarnya dilantai dua menuju dapur, dia menyalakan TV dan mengambil susu
dari dalam kulkasnya, penyiar tv sedang mengulas badai yang terjadi tadi malam,
sayup terdengar penyiar mengabarkan bahwa ada jenazah yang ditemukan oleh
petugas oranye pemda DKI dibelakang sebuah gedung, oleh petugas polisi wajah
jenazah tersebut dikenal sebagai seorang
banker disebuah bank terkemuka di Jakarta, polisi masih belum menemukan penyebab
kematianya secara pasti apakah bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan. Daya
mematikan telivisi untuk mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor, rumah dikawasan menteng yang merupakan kawasan
elit tidak membuatnya khawatir untuk datang terlambat ke kantor, perusahaan
yang diwariskan padanya adalah sebuah perusahaan terkemuka di Indonesia, saat
ini perusahaan tersebut telah memiliki beberapa anak perusahaan dan diprediksi
oleh sebuah majalah bisnis menjadi bisnis nasional yang menggurita milik anak
bangsa.
Dirumah itu Daya hanya tinggal sendiri, kecuali seorang asisten
rumah tangga dan seorang pengemudi yang sudah mengabdi dikeluarga itu puluhan
tahun, bagi Daya mereka lah keluarga terdekatnya, selain itu Daya tak punya
siapa siapa lagi, orang tuanya meninggal akibat kecelakaan pesawat dalam
perjalanan bisnis tiga belas tahun lalu, Daya masih berusia delapan tahun saat
itu, sejak saat itu perusahaan keluarganya dijalankan oleh dewan direksi lewat
pengawasan pengacara yang dipercaya oleh orang tuanya. Ketika menyelesaikan S2
nya perusahaan tersebut dikembalikan padanya sesuai wasiat yang diamanatkan
pada pengacara tersebut.
Daya keluar dari rumahnya dengan rapi lengkap stelan jas kantor
yang biasa iya kenakan, Pak Sudiro yang sejak tadi menunggunya mempersilahkan
Tuannya tersebut masuk kedalam mobil,
“Tuan muda silahkan mobilnya sudah siap..”
“Tuan muda silahkan mobilnya sudah siap..”
“ pak sud jangan lah pak sud panggil aku tuan panggil nama saja,
pak sud sudah saya anggap ayah saya sendiri..” balas Daya hormat
“hehe iya Nak Daya, habisnya sudah SOP nya begitu dari ayah Nak
Daya dulu..”
mereka berdua tertawa bersama, “ ka Nina Daya berangkat dulu titip
rumah ya..” yang dipanggil hanya menjawab dengan anggukan tanda mengerti.
Mobil Alphard tersebut tak lama meluncur dijalanan Jakarta yang
sudah macet, Daya memandang jalanan yang setiap hari dilaluinya, debu, polusi
bercampur jadi satu diatas aspal yang mulai memanas, dalam hati Daya bersyukur
hidupnya terlalu bahagia meski tak memiliki orang tua. Dia tak membayangkan
orang orang yang hidup dalam kesederhanaan di kota ini. Tiba-tiba air matanya
menetes segera ia menghapus dengan sapu tangan yang selalu ia siapkan didalam
kantong celananya. Pak Sud melihat dari kaca spion tuan kecilnya itu menetes
air mata. Iseng ia bertanya “ ada yang mau nak Daya ceritakan pada saya?”
Daya sedikit terkejut atas pertanyaan pak Sud yang spontan itu, “tidak
ada pak Sud saya baik baik saja.., ini air mata syukur saya pada Tuhan, Dia
begitu baik pada saya dengan segala kelebihan dan kekurangan Daya pak..” pak
Sud mencerna kata kata Daya yang singkat
dan dalam itu, dia tahu segalanya tentang Daya, orang tuanya bahkan asal
usulnya dan satu rahasia terbesar keluarga ini, namun ia berjanji untuk tidak
menceritakan pada Daya sampai waktunya tepat. Pak sud diam dalam hening
sebenarnya dia sudah tak sanggup lagi menyimpan cerita itu sebab usia yang
telah mengerogotinya tiga bulan lagi usianya sudah genap empat puluh delapan
tahun, meski demikian tubuhnya masih sehat sebab ia rutin mengamalkan ilmu
pernapasan dan ilmu beladiri yang sudah dipelajarinya sejak kecil. Bahkan
Dayapun ia latih untuk menurunkan kedua ilmu tersebut, menurutnya ilmu yang
tidak diwariskan akan dibawa pemiliknya sampai mati dan ilmu tersebut juga ikut
kedalam kubur tanpa memiliki pemilik baru. Menurut pak Sud Ilmu itu bagaikan harta
karun yang mesti memiliki tuan berguna bagi tuannya dan berjalan melewati waktu
sampai hari kehancuran dunia jadi ia tidak boleh punah akibat keserakahan
pemiliknya yang tak ingin mewarisi harta pada orang lain setelahnya.
bersambung...
bersambung...