"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...."

Kamis, 24 November 2016

Abimata

Petir menyambar nyambar di langit langit terlihat gelap, angina menderu deru dengan dahsyatnya, malam itu sepertinya akan terjadi cuaca buruk hujan lebat akan  mengguyur Jakarta, pohon pohon yang berjajar rapi di sepanjang  jalan bergoyang seakan akan  menari menyambut datangnya badai, mobil mobil yang biasanya merayap dijalan berhenti bergerak karena jarak pandang yang sangat pendek dan jalanan sebagian orang orang yang baru saja keluar dari kantornya terhenti urung melanjutkan  perjalanan pulang. Satu petir tiba tiba menggelegar keras..Dhuaaarrr… orang orang yang tadi termenung memandangi hujan terkejut sebagian lain berteriak tertahan. Cuaca nampaknya sedang tidak bersahabat malam ini, tak lama hujan yang sejak tadi tertahan dilangit tumpah ruah ke bumi dengan derasnya.  Orang orang yang berada diluar tanpa dikomando berlarian mencari tempat berlindung dari guyuran hujan. Tak ada yang sadar di atas gedung gedung pencakar langit di belantara Jakarta terlihat  kelebatan bayang-bayang yang meloncat di antara gedung gedung, dibelakang bayangan itu terlihat bayangan lain seolah olah mengejar buruan..

Tiba-tiba  sebuah pijaran cahaya seperti kilat terlihat dikeluarkan oleh bayangan yang berada dibelakang dan tak lama pijaran itu mengenai bayangan didepan lalu bayangan tersebut yang ternyata adalah sesosok pria jatuh menghujam tanah diiringi teriakan pilu,  setelah jatuh dari gedungyang tak kurang dr 50 lantai tubuh tersebut berdemum menghantam bumi, taka da yang menyadari kejadian tersebut, karena semua orang sibuk dengan kesibukannya masing masing, bayangan yang tadi mengejar setelah melihat buruannya jatuh dengan sigap berhenti diujung puncak gedung dan menatap korbannya yang telah terkapar, sunggingan bibirnya menandakan kepuasan entah apa maknanya, setelah memastikan sang korban jatuh bayangan tersebut meloncat kearah kegelapan dan tidak terlihat lagi…hujan dan angina seperti menelan sosok tersebut.

%%%%%%%%
Badai Hujan semalam adalah yang terburuk sepanjang minggu ini, berita-berita di televisi, koran2 bahkan stasiun radio mengulasnya, Daya turun dari kamarnya dilantai dua menuju dapur, dia menyalakan TV dan mengambil susu dari dalam kulkasnya, penyiar tv sedang mengulas badai yang terjadi tadi malam, sayup terdengar penyiar mengabarkan bahwa ada jenazah yang ditemukan oleh petugas oranye pemda DKI dibelakang sebuah gedung, oleh petugas polisi wajah jenazah tersebut dikenal sebagai  seorang banker disebuah bank terkemuka di Jakarta, polisi masih belum menemukan penyebab kematianya secara pasti apakah bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan. Daya mematikan telivisi untuk mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor,  rumah dikawasan menteng yang merupakan kawasan elit tidak membuatnya khawatir untuk datang terlambat ke kantor, perusahaan yang diwariskan padanya adalah sebuah perusahaan terkemuka di Indonesia, saat ini perusahaan tersebut telah memiliki beberapa anak perusahaan dan diprediksi oleh sebuah majalah bisnis menjadi bisnis nasional yang menggurita milik anak bangsa.

Dirumah itu Daya hanya tinggal sendiri, kecuali seorang asisten rumah tangga dan seorang pengemudi yang sudah mengabdi dikeluarga itu puluhan tahun, bagi Daya mereka lah keluarga terdekatnya, selain itu Daya tak punya siapa siapa lagi, orang tuanya meninggal akibat kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis tiga belas tahun lalu, Daya masih berusia delapan tahun saat itu, sejak saat itu perusahaan keluarganya dijalankan oleh dewan direksi lewat pengawasan pengacara yang dipercaya oleh orang tuanya. Ketika menyelesaikan S2 nya perusahaan tersebut dikembalikan padanya sesuai wasiat yang diamanatkan pada pengacara tersebut.
Daya keluar dari rumahnya dengan rapi lengkap stelan jas kantor yang biasa iya kenakan, Pak Sudiro yang sejak tadi menunggunya mempersilahkan Tuannya tersebut masuk kedalam mobil,
“Tuan muda silahkan mobilnya sudah siap..”
“ pak sud jangan lah pak sud panggil aku tuan panggil nama saja, pak sud sudah saya anggap ayah saya sendiri..” balas Daya hormat
“hehe iya Nak Daya, habisnya sudah SOP nya begitu dari ayah Nak Daya dulu..”
mereka berdua tertawa bersama, “ ka Nina Daya berangkat dulu titip rumah ya..” yang dipanggil hanya menjawab dengan anggukan tanda mengerti.
Mobil Alphard tersebut tak lama meluncur dijalanan Jakarta yang sudah macet, Daya memandang jalanan yang setiap hari dilaluinya, debu, polusi bercampur jadi satu diatas aspal yang mulai memanas, dalam hati Daya bersyukur hidupnya terlalu bahagia meski tak memiliki orang tua. Dia tak membayangkan orang orang yang hidup dalam kesederhanaan di kota ini. Tiba-tiba air matanya menetes segera ia menghapus dengan sapu tangan yang selalu ia siapkan didalam kantong celananya. Pak Sud melihat dari kaca spion tuan kecilnya itu menetes air mata. Iseng ia bertanya “ ada yang mau nak Daya ceritakan pada saya?”

Daya sedikit terkejut atas pertanyaan pak Sud yang spontan itu, “tidak ada pak Sud saya baik baik saja.., ini air mata syukur saya pada Tuhan, Dia begitu baik pada saya dengan segala kelebihan dan kekurangan Daya pak..” pak Sud mencerna  kata kata Daya yang singkat dan dalam itu, dia tahu segalanya tentang Daya, orang tuanya bahkan asal usulnya dan satu rahasia terbesar keluarga ini, namun ia berjanji untuk tidak menceritakan pada Daya sampai waktunya tepat. Pak sud diam dalam hening sebenarnya dia sudah tak sanggup lagi menyimpan cerita itu sebab usia yang telah mengerogotinya tiga bulan lagi usianya sudah genap empat puluh delapan tahun, meski demikian tubuhnya masih sehat sebab ia rutin mengamalkan ilmu pernapasan dan ilmu beladiri yang sudah dipelajarinya sejak kecil. Bahkan Dayapun ia latih untuk menurunkan kedua ilmu tersebut, menurutnya ilmu yang tidak diwariskan akan dibawa pemiliknya sampai mati dan ilmu tersebut juga ikut kedalam kubur tanpa memiliki pemilik baru. Menurut pak Sud Ilmu itu bagaikan harta karun yang mesti memiliki tuan berguna bagi tuannya dan berjalan melewati waktu sampai hari kehancuran dunia jadi ia tidak boleh punah akibat keserakahan pemiliknya yang tak ingin mewarisi harta pada orang lain setelahnya.

bersambung...

Tidak ada komentar: